Kupu-kupu sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan

Kupu-kupu sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan.

Kupu-kupu adalah serangga yang indah dan cantik, namun pesonanya tidak hanya sampai di situ. Kupu-kupu juga merupakan salah satu bioindikator yang dapat mendeteksi bhan radioaktif dalam kadar yang dapat diterima oleh makhluk hidup.
Pada tahun 2011 terjadi kecelakaan di Fukushima yang menyebabkan pencemaran bahan radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Menurut laporan tim Profesor Otaki, telah ditemukan pertumbuhan abnormal pada kupu-kupu yang tinggal di daerah kecelakaan PLTN tersebut. Kupu-kupu abnormal tersebut memiliki perbedaan jumlah kaki, panjang antena dan warna pada sayap kupu-kupu.
"Padahal serangga adalah hewan yang sangat tahan terhadap radiasi" sebut Prof. Otaki. Kemudian Tim Prof. Otaki menyimpulkan bahwa kupu-kupu adalah hewan yang sensitif terhadap perubaha lingkungan dan berencana untuk menggunakankupu-kupu sebagai indikator perubahan lingkungan dan penemaran lingkungan di lingkungan PLTN Daichi Fukushima.
Dari penelitian di atas telah membuktikan bahwa kupu-kupu adalah salah satu bioindikator yang sangat sensitif terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan . termasuk di Indonesia, spesies kupu-kupu dijadikan sebagai indikator pencemaran hutan. Bahkan Peneliti ITB menyatakan "Jika ada 180 spesies kupu-kupu dnsuatu lingkungan -hutan- , maka ada 180 vegetasi alami yang masih terjaga."
Adapun beberapa faktor yang menjadikan kupu-kupu sebagai salah satu bioindikator perubahan, pencemaran, atau kerusakan lingkungan adalah sebagai berikut:
  1. Kupu-kupu adalah salah satu seranga yang berperan untuk penyerbukan tanaman, tumbuhan dan/atau bunga. Seperti halnya kota-kota besar yang mencanangkan 20% lahannya sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang kan memasok oksigen sebesar 60% dari kebutuhan kota tersebut. Hal ini akan mempengaruhi dan dipengaruhin oleh kehidupan kupu-kupu.
  2. Kupu-kupu tidak mampu hidup di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk dan pencahayaan matahari yang kurang. Kualitas udara dan pencahayaan yang kurang adalah faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan kupu-kupu. Kedua faktor tersebut juga menjadi faktor penting dalam penentuan kualitas lingkugan.  Jadi semakin banyak jumlah kupu-kupu di suatu lingkungan akan berbanding lurus dengan kualitas udara dan pencahayaan di lingjungan tersebut. 
  3. Kupu-kupu merupakan serangga yang paling sensitif terhadap radiasi. Kecenderungan serangga yang tahan terhadap radiasi menyebabkan mereka dapat bertahan dan menjadi hewan yang ditemukan tetap hidup dalam beberapa kecelakaan bahan radiasi, seperti yang terjadi di PLTN Daichi Fukushima Jepang. Baru setelah tahun 2011 diketahui bahwa kupu-kupu tumbuh abnormal dua bulan setelah kecelakaan di PLTN Daichi Fukushima Jepang.
  4. Adapun beberapa kriteria untuk menggunakan jenis organisme sebagai bioindikator sebagai berikut :
    • Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahuai
    • Sejarah alamiahnya diketahui
    • Siap, mudah disurvei dan dimanipulasi 
    • Taksa lebih tinggi terdistribusi secara luas dan ada di dalam berbagai habitat.
    • Taksa lebih rendah bersifat spesialist dan sensitif dengan perubahan habitat.
    • Pola keanekaragamannya messtnggambarkan atau terkait dengan taksa lain yang berkerabatan atau tidak
    • Memiliki potensi penting dalam segi Ekonomi 


    Daftar Pustaka

    Anonimus, 2004. Kupu-kupu di Gunung Api Jadi Indikator. Republika.co.id. http://m.republika.co.id/2004/02/kupu-kupu-di-gunung-api-jadi-indikator.html

    BBC, 1012. Kupu-kupu di Fukushima Tumbuh Abnormal. Tempo.co.id. http://m.tempo.co.id/read/news/2012/08/14/061423323/kupu-kupu-di-fukushima-tumbuh-abnormal.html.

    Forcidep, 2016. Mengungkap Misteri Kupu-kupu. Forcidep.org. http://forcidep.org/2016/04/25/mengungkap-misteri-kupu-kupu.html.

    Keswur, Ratih. 2013. Indikator Kerusakan Hutan Bisa Diketahui Lewat Kupu-kupu. Sindonews.com. Http://nasional.simdonews.com/read/759258/kerusakan-hutanbisa-diketahui-lewat-kupu-kupu.html.
    Rudiansyah, 2016. Kupu-kupu Indikator Kondisi Lingkungan. lampost.co. http://lampost.co/hobule/berita-84973.html

    Shihabuddin. 2003. Pemanfaatan Serangga sebagai Bioindikator Kesehatan Hutan. Bogor. p-journal IPB



    Oleh : Ahsanil Fikri 
    NNM. 132010315021
    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
    UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Jurnal KASUS NEWMONT (Pencemaran di Teluk Buyat)

SAP Pencemaran Lingkungan di SMA Negeri 2 Indramayu